Jaksa Agung Jeff Sessions adalah salah satu pendukung pertama Donald Trump di Washington. |
Goasianews.com
Gedung Putih menyatakan akan menentukan nasib Jaksa Agung
Jeff Sessions 'secepatnya,' setelah serentet kritikan dari Presiden
Donald Trump.
Dalam satu serangan gencar di Twitter, Trump menyebut penegak hukum tertinggi AS tersebut 'lemah,' satu hari setelah melabelinya sebagai 'tak berdaya.'
Kemudian, di Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa ia 'kecewa' pada Sessions.
Mantan anggota senat Alabama tersebut seharusnya tidak menarik diri dari penyelidikan yang dilancarkan FBI mengenai dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden, kata Trump.
Sekutu-sekutu Jeff Sessions mengungkapkan bahwa ia berniat untuk tetap menduduki jabatannya.
"Jaksa Agung Jeff Sessions telah mengambil posisi yang SANGAT lemah atas pelanggaran pidana Hillary Clinton (terkait e-mail dan server DNC) & pembocor Intel!" cuit Trump pada hari Selasa.
Akankah Sessions dipecat?
Anthony Scaramucci, direktur komunikasi baru Trump, menebarkan spekulasi di hari Selasa bahwa Jaksa Agung mungkin tinggal menghitung hari.
"Kami akan mencapai penyelesaian secepatnya," jawabnya ketika ditanya oleh para wartawan mengenai ketegangan antara presiden dan sang jaksa agung.
Seorang wartawan menyimpulkan pada Scaramucci bahwa sudah jelas kalau Presiden Trump menghendaki kepergian Sessions.
"Jika ada tingkat ketegangan seperti ini dalam hubungan tersebut yang bersifat publik, Anda sepertinya benar," kata Scaramucci.
Sessions berada di sayap kiri Gedung Putih di hari Senin, tetapi tidak bertemu presiden, menurut deputi sekertaris pers Sarah Huckabee Sanders.
Jaksa Agung telah belum lama ini bertanya kepada para ajudan Gedung Putih apakah ia dapat bertemu Trump untuk memperbaiki hubungan, lapor kantor berita AP
Namun Scaramucci mengatakan di hari Selasa: "Tebakan saya adalah Presiden tidak mau melakukan itu."
Mengapa Trump tidak senang pada Sessions?
Minggu lalu, Trump mengungkapkan penyesalannya mengangkat mantan senator Alabama tersebut, dan mengatakan kepada New York Times bahwa Sessions "seharusnya tidak pernah 'menarik diri' (dari penyelidikan FBI terkait Rusia)."
Sessions, yang dikenal dengan pendirian kerasnya yang anti-imigrasi, adalah salah satu pendukung pertama Trump di Washington saat Trump masih merupakan calon presiden.
Namun di bulan Maret ia menarik diri dari penyelidikan Rusia setelah terungkap bahwa ia bertemu dengan utusan Kremlin, padahal dalam sidang pengukuhan sebagai jaksa agung di Senat, ia membantahnya.
Apakah reaksi Kongres?
Anggota partai Republika paling berkuasa di Capitol Hill, ketua DPR AS Paul Ryan, menegaskan memperjelas bahwa ia tidak akan mempunyai masalah jika Sessions diberhentikan.
Ryan berkata kepada para wartawan di hari Selasa: "Ia (Presiden Trump) yang menentukan siapa yang dipekerjakan dan siapa yang dipecat dalam cabang eksekutif - itu adalah prerogatifnya."
Namun Senator Partai Republika South Carolina Lindsey Graham membela Sessions.
"Tweet Presiden Trump hari ini yang mengusulkan Jaksa Agung Sessions untuk mengejar tuntutan pidana seorang mantan pesaing (saat pilpres) itu sangat tidak patut," cuit Graham.
Beberapa menduga sasaran akhirTrump adalah Robert Mueller, penasihat khusus yang memimpin investigasi Rusia tersebut.
Anggota dewan Adam Schiffbercuit di hari Selasa bahwa Trump "ingin memaksa Sessions untuk mengundurkan diri supaya ia dapat menunjuk seseorang untuk menghambat penyelidikan yang dipimpin Mueller."
Schiff adalah politikus Demokrat dalam Komite Intelijen DPR AS, salah satu yang menginvestigasi apakah tim kampanye Trump dalam pemilihan presiden berkolusi dengan Moskow.
Dalam satu serangan gencar di Twitter, Trump menyebut penegak hukum tertinggi AS tersebut 'lemah,' satu hari setelah melabelinya sebagai 'tak berdaya.'
Kemudian, di Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa ia 'kecewa' pada Sessions.
Mantan anggota senat Alabama tersebut seharusnya tidak menarik diri dari penyelidikan yang dilancarkan FBI mengenai dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden, kata Trump.
Sekutu-sekutu Jeff Sessions mengungkapkan bahwa ia berniat untuk tetap menduduki jabatannya.
"Jaksa Agung Jeff Sessions telah mengambil posisi yang SANGAT lemah atas pelanggaran pidana Hillary Clinton (terkait e-mail dan server DNC) & pembocor Intel!" cuit Trump pada hari Selasa.
Akankah Sessions dipecat?
Anthony Scaramucci, direktur komunikasi baru Trump, menebarkan spekulasi di hari Selasa bahwa Jaksa Agung mungkin tinggal menghitung hari.
"Kami akan mencapai penyelesaian secepatnya," jawabnya ketika ditanya oleh para wartawan mengenai ketegangan antara presiden dan sang jaksa agung.
Seorang wartawan menyimpulkan pada Scaramucci bahwa sudah jelas kalau Presiden Trump menghendaki kepergian Sessions.
"Jika ada tingkat ketegangan seperti ini dalam hubungan tersebut yang bersifat publik, Anda sepertinya benar," kata Scaramucci.
Sessions berada di sayap kiri Gedung Putih di hari Senin, tetapi tidak bertemu presiden, menurut deputi sekertaris pers Sarah Huckabee Sanders.
Jaksa Agung telah belum lama ini bertanya kepada para ajudan Gedung Putih apakah ia dapat bertemu Trump untuk memperbaiki hubungan, lapor kantor berita AP
Namun Scaramucci mengatakan di hari Selasa: "Tebakan saya adalah Presiden tidak mau melakukan itu."
Mengapa Trump tidak senang pada Sessions?
Minggu lalu, Trump mengungkapkan penyesalannya mengangkat mantan senator Alabama tersebut, dan mengatakan kepada New York Times bahwa Sessions "seharusnya tidak pernah 'menarik diri' (dari penyelidikan FBI terkait Rusia)."
Sessions, yang dikenal dengan pendirian kerasnya yang anti-imigrasi, adalah salah satu pendukung pertama Trump di Washington saat Trump masih merupakan calon presiden.
Namun di bulan Maret ia menarik diri dari penyelidikan Rusia setelah terungkap bahwa ia bertemu dengan utusan Kremlin, padahal dalam sidang pengukuhan sebagai jaksa agung di Senat, ia membantahnya.
Apakah reaksi Kongres?
Anggota partai Republika paling berkuasa di Capitol Hill, ketua DPR AS Paul Ryan, menegaskan memperjelas bahwa ia tidak akan mempunyai masalah jika Sessions diberhentikan.
Ryan berkata kepada para wartawan di hari Selasa: "Ia (Presiden Trump) yang menentukan siapa yang dipekerjakan dan siapa yang dipecat dalam cabang eksekutif - itu adalah prerogatifnya."
Namun Senator Partai Republika South Carolina Lindsey Graham membela Sessions.
"Tweet Presiden Trump hari ini yang mengusulkan Jaksa Agung Sessions untuk mengejar tuntutan pidana seorang mantan pesaing (saat pilpres) itu sangat tidak patut," cuit Graham.
Beberapa menduga sasaran akhirTrump adalah Robert Mueller, penasihat khusus yang memimpin investigasi Rusia tersebut.
Anggota dewan Adam Schiffbercuit di hari Selasa bahwa Trump "ingin memaksa Sessions untuk mengundurkan diri supaya ia dapat menunjuk seseorang untuk menghambat penyelidikan yang dipimpin Mueller."
Schiff adalah politikus Demokrat dalam Komite Intelijen DPR AS, salah satu yang menginvestigasi apakah tim kampanye Trump dalam pemilihan presiden berkolusi dengan Moskow.
Robert Mueller memimpin investigasi dalam dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden yang lalu. |
Apa yang akan terjadi jika Sessions dipecat?
Dilaporkan pada hari Senin bahwa presiden sedang mempertimbangkan eks-Walikota New York Rudy Giulani atau Senator Texas Ted Cruz untuk mengisi jabatan Sessions.
Tapi Giuliani mengatakan kepada CNN pada hari Senin bahwa Sessions telah "membuat keputusan yang benar sesuai asas peradilan" dengan menarik diri dari penyelidikan tersebuit.
Jika Trump akan memecat Sessions, Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein akan menggantikan Sessions sebagi penjabat sementara.
Akan tetapi, Trump telah menyampaikan kritikan terhadap Rosenstein atas caranya menangani penyelidikan Rusia tersebut.
Mengapa Trump ingin Clinton diinvestigasi?
Selama pemilihan presiden, Trump mengatakan bahwa kandidat partai Demokrat tersebut akan dipenjara jika ia terpilih menjadi presiden.
Teriakan-teriakan 'penjarakan dia' adalah hal rutin yang terdengar dalam kampanye-kampanye Trump, dalam upayanya memupuk ketidakpercayaan pemilih atas penggunaan server email pribadi Clinton saat menjabat Menteri Luar Negri AS.
Tapi Trump sendiri yang memilih menepikan isu tersebut sesudah ia terpilih.
Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, ia mengatakan, "Saya tidak mau menyakiti keluarga Clinton, saya sungguh tidak mau."
"Ia telah melalui banyak masalah dan banyak menderita dengan berbagai cara."
#BBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar