Goasianews.com
Padang (SUMBAR)– Perkembangan Era Teknologi Digitalisasi yang tidak terbendung telah merobah prilaku dan kebiasaan manusia dalam kehidupan sehari-harnya.
Plus minus dalam perkembangan teknologi Digitalisasi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan.
Hingga pelosok Indonesia, Tranportasi berbasis online saat ini berkembang subur bagaikan jamur yang tumbuh di saat hujan, efek plus dan minus dari keberadaan transportasi ini tak bisa dipungkiri.
Transportasi berbasis online sangat mengutamakan kenyamanan dan pelayanan bagi konsumennya, namun di sisi lain keberadaan trasportasi ini telah menjadi saingan dan batu sandungan yang cukup besar bagi pengusaha dan sopir angkot yang telah ada sebelumnya dalam mengais rezeki.
Lagi-lagi masalahnya berimbas pada ekonomi keluarga, keberadaan transportasi online telah melindas dan mengacam perekonomian mereka para sopir angkot. dan Pemerintah tentu saja tidak boleh memandang masalah ini sebelah mata.
Dengan harapan mendapat perlakuan adil dari pemerintah, terkait marak dan bebasnya transportasi daring (online) yang beroperasi di kota padang, Pengusaha dan ratusan sopir angkot seluruh trayek yang ada di Kota Padang memadati halaman Kantor Gubernur Sumatera Barat dan melakukan orasi, Senin (11/12).
Fauzen ketua Asosiasi Pengusaha Angkutan Kota Padang menyebutkan, "membiarkan peredaran angkutan online ini adalah sebuah perlakuan ketidak adilan terhadap rakyat kecil, mereka angkutan daring bebas beroperasi tanpa ada aturan yang jelas".
"Sementara Angkot di ikat dengan berbagai aturan wajib dan jelas, seperti wajib KIR, membayar izin trayek puluhan juta, sopir harus punya SIM khusus sopir angkutan, dan lain-lain, jika ada penertiban yang dilakukan oleh petugas, angkutan kota selalu menjadi sasaran, sedangkan angkutan daring tidak pernah ditertibkan karena memang tidak pernah dibebankan regulasi oleh pemerintah".
"Menjadi sopir angkot adalah mata pencarian utama untuk menafkahi keluarga. Sedangkan mereka melakoni perkerjaan sebagai pengemudi transportasi daring (online) hanya sebagai sampingan saja. Dalam hal ini kami orang kecil para sopir angkot butuh dukungan penuh dari pemerintah, kami berharap di arahkan dan di bina", ungkap Fauzen.
#deni
Padang (SUMBAR)– Perkembangan Era Teknologi Digitalisasi yang tidak terbendung telah merobah prilaku dan kebiasaan manusia dalam kehidupan sehari-harnya.
Plus minus dalam perkembangan teknologi Digitalisasi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan.
Hingga pelosok Indonesia, Tranportasi berbasis online saat ini berkembang subur bagaikan jamur yang tumbuh di saat hujan, efek plus dan minus dari keberadaan transportasi ini tak bisa dipungkiri.
Transportasi berbasis online sangat mengutamakan kenyamanan dan pelayanan bagi konsumennya, namun di sisi lain keberadaan trasportasi ini telah menjadi saingan dan batu sandungan yang cukup besar bagi pengusaha dan sopir angkot yang telah ada sebelumnya dalam mengais rezeki.
Lagi-lagi masalahnya berimbas pada ekonomi keluarga, keberadaan transportasi online telah melindas dan mengacam perekonomian mereka para sopir angkot. dan Pemerintah tentu saja tidak boleh memandang masalah ini sebelah mata.
Dengan harapan mendapat perlakuan adil dari pemerintah, terkait marak dan bebasnya transportasi daring (online) yang beroperasi di kota padang, Pengusaha dan ratusan sopir angkot seluruh trayek yang ada di Kota Padang memadati halaman Kantor Gubernur Sumatera Barat dan melakukan orasi, Senin (11/12).
Fauzen ketua Asosiasi Pengusaha Angkutan Kota Padang menyebutkan, "membiarkan peredaran angkutan online ini adalah sebuah perlakuan ketidak adilan terhadap rakyat kecil, mereka angkutan daring bebas beroperasi tanpa ada aturan yang jelas".
"Sementara Angkot di ikat dengan berbagai aturan wajib dan jelas, seperti wajib KIR, membayar izin trayek puluhan juta, sopir harus punya SIM khusus sopir angkutan, dan lain-lain, jika ada penertiban yang dilakukan oleh petugas, angkutan kota selalu menjadi sasaran, sedangkan angkutan daring tidak pernah ditertibkan karena memang tidak pernah dibebankan regulasi oleh pemerintah".
"Menjadi sopir angkot adalah mata pencarian utama untuk menafkahi keluarga. Sedangkan mereka melakoni perkerjaan sebagai pengemudi transportasi daring (online) hanya sebagai sampingan saja. Dalam hal ini kami orang kecil para sopir angkot butuh dukungan penuh dari pemerintah, kami berharap di arahkan dan di bina", ungkap Fauzen.
#deni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar