Pencanangan Observatorium di Amfoang, Kupang, NTT, Senin (9/7). (foto: Kemenristekdikti) |
Goasianews.com
Kupang(NTT)- Untuk mengamati bintang, planet dan benda langit lainnya, dibutuhkan kondisi langit yang bebas dari polusi cahaya. Alasan tersebut yang mendasari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) memilih daerah Amfoang yang terletak di lereng Gunung Timao, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai lokasi pembangunan observatorium nasional.
Hal tersebut diungkapkan Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN pada acara Pencanangan Situs Observatorium Nasional pertama milik LAPAN di Amfoang pada Senin, (9/7).
Posisi Amfoang, tambah Thomas, yang berada di belahan bumi bagian selatan menjadi keunggulan karena jumlah observatorium yang mengamati langit selatan sangat sedikit, yaitu hanya terdapat di Afrika Selatan, Amerika Selatan dan Australia.
Amfoang menjadi lokasi yang terbaik untuk mendirikan observatorium karena memiliki persentase kecerahan langit cukup tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia, dimana dalam setahun terdapat sekitar 250 langit malam cerah yang memungkinkan pengamatan astronomi di jendela optik.
“Cahaya lampu di perkotaan mengganggu kegelapan langit sehingga masyarakat kota telah kehilangan keindahan langit di malam hari. Namun masyarakat di Amfoang terbiasa melihat ratusan milyaran bintang pembentuk galaksi Bimasakti,” ujar Thomas.
Staf Ahli Menristekdikti Bidang Relevansi dan Produktivitas, Agus Pudji Prasetyono yang hadir mewakili Menristekdikti dalam sambutannya menyampaikan bahwa pembangunan observatorium di Amfoang akan memberikan manfaat pada aspek ilmu pengetahuan, aspek ekonomi serta aspek sosial.
Menurut Agus, kehadiran observatorium akan memicu sektor pariwisata sehingga diperlukan infrastruktur yang menunjang aktivitas di Amfoang. Selain itu, perguruan tinggi yang berada di Provinsi NTT harus pula berperan menyiapkan program studi yang relevan dengan pengelolaan observatorium, “Kemenristekdikti akan terus mendorong sekuat tenaga agar pembangunan observatorium ini berjalan sesuai dengan rencana,” tegas Agus.
Sementara itu, Bupati Kupang, Ayub Titu Eki menyampaikan bahwa kondisi Amfoang saat ini memang sangat tertinggal. Kehidupan masyarakat terbilang sangat susah karena akses transportasi dan komunikasi sering terputus.
Ayub berharap dengan pembangunan observatorium ini dapat merangsang pembangunan infrastruktur khususnya akses jalan menuju Amfoang. Selain itu kehadiran observatorium diharapkan dapat merangsang aktivitas ekonomi masyarakat Amfoang.
“Walaupun Indonesia sudah merdeka lebih dari 70 tahun, namun banyak orang yang bilang selama ini Amfoang belum menikmati kemerdekaan karena kurang tersentuh pembangunan. Namun hari ini kita menyaksikan Pemerintah memberikan hadiah berupa pembangunan observatorium yang merupakan jawaban dari doa dan perjuangan masyarakat Amfoang selama ini,” ujar Ayub.
Observatorium di Amfoang ini kelak bukan hanya terbesar di Indonesia, namun juga di Asia Tenggara. Observatorium ini akan mengoperasikan lebih dari sepuluh teleskop dengan berbagai fungsi, dengan ukuran diameter teleskop terbesar yaitu 3,8 meter. Observatorium yang menelan biaya sekitar 300 miliar rupiah ini diharapkan dapat beroperasi pada awal 2020. Pada Kawasan di sekitar Observatorium juga ditetapkan sebagai Taman Nasional Langit Gelap, yang akan menjadi situs pariwisata khas Kabupaten Kupang bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan langit di malam hari.
Kupang(NTT)- Untuk mengamati bintang, planet dan benda langit lainnya, dibutuhkan kondisi langit yang bebas dari polusi cahaya. Alasan tersebut yang mendasari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) memilih daerah Amfoang yang terletak di lereng Gunung Timao, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai lokasi pembangunan observatorium nasional.
Hal tersebut diungkapkan Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN pada acara Pencanangan Situs Observatorium Nasional pertama milik LAPAN di Amfoang pada Senin, (9/7).
Posisi Amfoang, tambah Thomas, yang berada di belahan bumi bagian selatan menjadi keunggulan karena jumlah observatorium yang mengamati langit selatan sangat sedikit, yaitu hanya terdapat di Afrika Selatan, Amerika Selatan dan Australia.
Amfoang menjadi lokasi yang terbaik untuk mendirikan observatorium karena memiliki persentase kecerahan langit cukup tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia, dimana dalam setahun terdapat sekitar 250 langit malam cerah yang memungkinkan pengamatan astronomi di jendela optik.
“Cahaya lampu di perkotaan mengganggu kegelapan langit sehingga masyarakat kota telah kehilangan keindahan langit di malam hari. Namun masyarakat di Amfoang terbiasa melihat ratusan milyaran bintang pembentuk galaksi Bimasakti,” ujar Thomas.
Staf Ahli Menristekdikti Bidang Relevansi dan Produktivitas, Agus Pudji Prasetyono yang hadir mewakili Menristekdikti dalam sambutannya menyampaikan bahwa pembangunan observatorium di Amfoang akan memberikan manfaat pada aspek ilmu pengetahuan, aspek ekonomi serta aspek sosial.
Menurut Agus, kehadiran observatorium akan memicu sektor pariwisata sehingga diperlukan infrastruktur yang menunjang aktivitas di Amfoang. Selain itu, perguruan tinggi yang berada di Provinsi NTT harus pula berperan menyiapkan program studi yang relevan dengan pengelolaan observatorium, “Kemenristekdikti akan terus mendorong sekuat tenaga agar pembangunan observatorium ini berjalan sesuai dengan rencana,” tegas Agus.
Sementara itu, Bupati Kupang, Ayub Titu Eki menyampaikan bahwa kondisi Amfoang saat ini memang sangat tertinggal. Kehidupan masyarakat terbilang sangat susah karena akses transportasi dan komunikasi sering terputus.
Ayub berharap dengan pembangunan observatorium ini dapat merangsang pembangunan infrastruktur khususnya akses jalan menuju Amfoang. Selain itu kehadiran observatorium diharapkan dapat merangsang aktivitas ekonomi masyarakat Amfoang.
“Walaupun Indonesia sudah merdeka lebih dari 70 tahun, namun banyak orang yang bilang selama ini Amfoang belum menikmati kemerdekaan karena kurang tersentuh pembangunan. Namun hari ini kita menyaksikan Pemerintah memberikan hadiah berupa pembangunan observatorium yang merupakan jawaban dari doa dan perjuangan masyarakat Amfoang selama ini,” ujar Ayub.
Observatorium di Amfoang ini kelak bukan hanya terbesar di Indonesia, namun juga di Asia Tenggara. Observatorium ini akan mengoperasikan lebih dari sepuluh teleskop dengan berbagai fungsi, dengan ukuran diameter teleskop terbesar yaitu 3,8 meter. Observatorium yang menelan biaya sekitar 300 miliar rupiah ini diharapkan dapat beroperasi pada awal 2020. Pada Kawasan di sekitar Observatorium juga ditetapkan sebagai Taman Nasional Langit Gelap, yang akan menjadi situs pariwisata khas Kabupaten Kupang bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan langit di malam hari.
# GA-003 | Biro Kerja Sama dan Kompublik Kemenristekdikti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar