Goasianews.com
Timut Tengah - Dua init peluncur untuk pemandu rudal anti-tak diamankan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman, diduga dibuat di Iran pada tahun 2016 dan 2017. Hal ini berdasarkan laporan PBB yang dilihat oleh Reuters, Selasa (11/12).
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tidak secara gamblang menyatakan apakah unit yang diamankan di Yaman melanggar resolusi PBB yang diberlakukan pada Januari 2016. Resolusi itu melarang Iran mengimpor dan mengekspor persenjataan atau material yang berhubungan dengan nulir kecuali seizin Dewan Keamanan.
“Sekretariat menemukan bahwa mereka memiliki karakterisasi buatan Iran dan penanda mereka mengindikasikan tanggal produksi di tahun 2016 dan 2017,” ujar Guterres dalam laporan dua tahunan kepada Dewan keamanan terhadap penerapan sanksi Iran.
“Sekretariat juga mengamati sebagian peluru kendali darat ke udara yang sudah dibongkar yang diamakan oleh koalisi pimpinan Saudi dan menyadari bahwa fiturnya konsisten dengan apa yang ada pada satu rudal Iran,” tulisanya.
Suatu perang proksi sedang berlangsung di Yaman antara Iran dan Arab Saudi. Koalisi pimpinan Saudi mengintervensi pada tahun 2015, menyokong pasukan pemerintah untuk memerangi Houthi, sekutu Iran. Houthi telah menjadi sasaran embargo senjata sejak tahun 2015. Iran telah berulangkali menyangkal telah mensuplai senjata kepada kelompok Houthi.
Dewan Keamanan PBB akan mendiskusikan laporan terbaru Guterres ini pada hari Rabu, ujar para diplomat.
Amerika Serikat telah secara lantang dan gagal menekan PBB untuk menyalahkan Iran atas tuduhan mereka, bahwa Iran telah ikut campur dalam perang di Suriah dan Yaman dan di tempat lainnya di Timur Tengah. Diplomat teratas AS Mike Pompeio dijadwalkan untuk menghadiri pertemuan Dewan Keamanan pada hari Rabu.
Pada bulan Februari lalu, Rusia memveto upaya Barat agar Dewan Keamanan mengecam Iran dalam suatu resolusi tentang Yaman.
Guterres juga mengatakan bahwa PBB telah menguji serpihan dari tiga rudal balistik lainnya yang ditembakkan ke Arab Saudi pada 25 Maret dan 11 April 2018, dan menemukan “fitur desain kunci spesifik yang konsisten dengan yang ada pada Qiam-1 rudal balistik jarak pendek Iran.” Mereka tidak bisa menentukan apakah hal itu merupakan suatu pelanggaran karena belum diketahui bagaiman rudal itu sampai ke Yaman.
Ia juga mengatakan PBB “masih berusaha menentukan tanggal pembuatan komponen panduan dengan bantuan produsen asing.”
Dalam laporan bulannya di bulan Juni, Guterres mengatakan serpihan dari lima rudal yang ditembakkan ke Arab Saudi oleh kelompok Houthi sejak Juli 2017 “kunci desain fitur yang sama dengan satu tipe rudal yang sudah diketahui” yang diproduksi oleh Iran dan beberapa kompenen yang dibuat di Iran, tapi juga tidak bisa menentukan bagaimana mereka dikirimkan ke Yaman.
Kebanyakan sanksi PBB yang diterapkan kepada Iran dicabut pada bulan Januari 2016 ketika pengawas nuklir PBB mengonfirmasi bahwa Tehran telah memenuhi komitmennya di bawah kesepakatan nuklir dengan Inggris, Prancis, Jerman, China, Rusia dan Amerika Serikat. Namun Iran masih menjadi subyek embargo senjata PBB dan larangan lainnya.
Larangan dan sanksi PBB terhadap Iran disatukan dalam sebuah resolusi yang juga menaungi kesepakatan nuklir 2015 Iran, yang mana Presiden Donald Trump menarik AS keluar pada bulan Mei. Kekuatan Eropa lintang pukang berusaha menyelamatkan kesepakatan itu.
Dalam laporan PBB, Guterres menyerukan agar semua negara “memastikan keberlanjutan kesepakatan ini karena fundamental terhadap kedamaian dan keamanan regional dan internasional.”
# dn/ Channel NewsAsia/Reuters/Matamatapolitik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar