Goasianews.com
Arab Saudi - Di kala dunia tengah sibuk memerangi virus corona yang semakin merajelala dan dampaknya pada ekonomi global, Arab Saudi tengah berkelut dengan drama kerajaan mereka sendiri.
Meskipun Arab luar biasa sibuk akibat corona, mulai dari mengeluarkan kebijakan untuk menutup kabah sementara dari jemaah luar negeri hingga tempat ibadah itu sunyi dan sepi. Sampai yang terbaru, mengobral harga minyak besar-besaran demi kurangi dampak corona.
Toh, bukan berarti mereka tidak punya konflik dalam negeri yang juga bikin pusing kepala.
Melansir AFP, pemerintah Arab Saudi kini tengah menahan tiga pangeran termasuk saudara laki-laki dan keponakan Raja Salman karena diduga merencanakan kudeta. Sejumlah pihak pun melihatnya sebagai bentuk penegakan hegemoni putra mahkota. Memantapkan langkahnya menjadi raja penerus.
Ketiga keluarga kerajaan yang ditangkap itu adalah Pangeran Ahmed bin Abdulaziz al Saud, Pangeran Mohammed bin Nayef, serta Pangeran Nawaf bin Nayef.
Adik lelaki Pangeran Nayef, Pangeran Nawaf bin Nayef, juga ditahan menurut sumber yang di pemerintahan Saudi kepada AFP.
"Dengan 'pembersihan' ini, tidak ada saingan yang tersisa untuk menghentikan suksesi putra mahkota," kata sumber di pemerintahan negara Barat itu, kepada AFP.
Selain itu, penahanan itu menggiring spekulasi tentang kesehatan Raja Salman (84) dan suksesi Mohammed bin Salman yang tak lama lagi. Namun, sumber yang dekat dengan kepemimpinan Saudi mengatakan kepada AFP bahwa "raja sehat dan baik-baik saja". Dan, kata dia, penahanan itu dimaksudkan untuk menegakkan "disiplin" dalam keluarga kerajaan.
Sumber tersebut juga mengakui putra mahkota "memegang kendali" dan pembersihan dilakukan "setelah akumulasi perilaku negatif oleh kedua pangeran".
Namun, ia tak menjelaskan soal lokasi penahanan ketiganya dan perilaku negatif yang dimaksud.
Penahanan ini pun menandai tindakan keras oleh Pangeran Mohammed, yang telah mengkonsolidasikan cengkeramannya pada kekuasaan dengan memenjarakan ulama dan aktivis terkemuka serta pangeran dan pengusaha.
Pangeran Mohammed dipandang sebagai penguasa de facto yang mengendalikan semua tuas utama pemerintahan, dari pertahanan dan ekonomi. Sang pangeran secara luas terlihat menyingkirkan jejak perbedaan pendapat internal sebelum didapuk menjadi suksesor kekuasaan dari ayahnya Raja Salman.
Karena diketahui terus menyingkirkan berbagai tokoh yang berseberangan pendapat dengannya, ia pun harus menghadapi banyak mendapat kecaman internasional salah satunya dugaan atas pembunuhan kritikus Jamal Khashoggi di dalam konsulat Istanbul di kerajaan itu pada Oktober 2018.
"Pangeran Mohammed berani, dia telah menggulingkan segala ancaman terhadap kemunculannya dan memenjarakan atau membunuh pengkritik rezimnya tanpa dampak apa pun," kata Becca Wasser, seorang analis kebijakan di RAND Corporation yang berbasis di AS.
"Ini adalah langkah lebih lanjut untuk menopang kekuatannya dan pesan kepada siapa pun - termasuk bangsawan - untuk tidak melewatinya," tambahnya. (gus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar