Goasianews.com
London – Ribuan orang di sejumlah negara Eropa dan Asia turun ke jalan pada Sabtu, 6 Juni 2020 memprotes kasus tewasnya seorang warga kulit hitam George Floyd oleh tindak kekerasan seorang polisi kulit putih di Amerika Serikat.
Aksi demonstrasi ini mengekspresikan perlakuan kasar polisi terhadap warga etnis minoritas.
George Floyd, 46 tahun, meninggal setelah seorang polisi kulit putih di Minneapolis, AS, menindih leher belakangnya dengan lutut saat proses penangkapan di jalan.
“Sejumlah demonstran di dekat rumah kediaman PM Inggris Boris Johnson melempar botol ke arah polisi yang berjaga. Polisi berkuda menghalau para demonstran,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 6 Juni 2020.
Mayoritas demonstrasi dengan tema Black Lives Matter di Inggris berlangsung damai.
Misalnya, sekitar seribu demonstran berpawai melewati depan kantor Kedutaan Besar AS.
Mereka memblokir trafik lalu lintas sambil mengangkat sejumlah plakat.
Ribuan orang lainnya berkumpur di lapangan di depan gedung parlemen.
Mereka membawa plakat dengan tulisan “Black Lives Matter”.
Demonstran mengabaikan imbauan pemerintah untuk menghindari pertemuan besar karena ada risiko terinfeksi virus Corona.
“Saya ke sini untuk mendukung warga kulit hitam, yang diperlakukan buruk selama bertahun-tahun. Ini saatnya berubah,” kata Aisha Pemberton, seorang guru berusia 39 tahun.
Di Jerman, polisi menggunakan semprotan merica terhadap demonstran.
Polisi juga menyiapkan mobil semprotan air atau water canon.
Polisi mengatakan ada beberapa ratus demonstran yang berperilaku agresif.
“Serangan terhadap polisi tidak bisa dibenarkan,” cuit polisi di akun Twitter. Satu polisi terluka.
Di Paris, otoritas melarang demonstrasi yang akan digelar di depan Kedubes AS serta di rumput dekat Menara Eiffel.
Namun beberapa ratus orang berkumpul dengan plakat Black Lives Matter di lapangan Place de la Concorde.
Lapangan ini berlokasi di dekat gedung Kedubes AS di Paris dan Istana Presiden Elysee Prancis.
Ada sekitar 10 ribu orang berdemonstrasi di sejumlah kota di Australia seperti Sydney secara damai.
Mereka membawa bendera suku Aborigin dan mendesak polisi Australia berhenti bersikap kasar terhadap warga Aborigin.
Di Tokyo, demonstran memprotes tindakan polisi bersikap kasar terhadap seorang warga Kurdi.
Warga ini ditahan saat mengemudi kendaraannya dan diminta telungkup di jalan.
Panitia demonstran mengatakan mereka juga berunjuk rasa mendukung Black Lives Matter.
“Saya ingin menunjukkan ada rasisme di Jepang saat ini,” kata seorang siswa sekolah menengah atas Wakaba, yang enggan menyebutkan identitasnya.
Unjuk rasa juga terjadi di Seoul saat sejumlah aktivis dan warga asing mengenakan masker hitam bertuliskan “Saya tidak bisa bernapas”.
Ini merupakan kata-kata terakhir dari George Floyd saat dia tertelungkup di jalan dengan seorang polisi kulit putih menindih leher belakangnya menggunakan lutut.
Di Bangkok, sejumlah aktivis berdemonstrasi secara online karena ada larangan terkait virus Corona.
Mereka meminta masyarakat membuat foto dan video warga berpakaian hitam sambil mengepalkan tangan untuk mendukung gerakan Black Lives Matter terkait tewasnya George Floyd.
(budi/Tempo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar