Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah. Foto : Geraldi/Man |
Goasianews.com
Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah berharap Gubernur Bank Indonesia (BI) dapat tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Karena disadari sepenuhnya bahwa saat ini mata uang rupiah mengalami depresiasi secara konstan.
"Kami yakin terhadap berbagai yang dilakukan dan ditempuh oleh Gubernur Bank Indonesia. Dan kami berharap Gubernur Bank Indonesia menjaga stabilitas di sektor keuangan," ucap Said dalam Rapat Kerja Virtual Badan Anggaran DPR RI dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (11/9/2020).
Ia merasa khawatir bahwa upaya-upaya yang dilakukan Gubernur BI akan menjadi sia-sia bagi semua pihak apabila tidak ada koordinasi yang baik di semua lini. "Kejadian kemarin sangat disesalkan, yakni atas pernyataan yang begitu bombastis dan dramatis oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta (yang kembali menerapkan PSBB ketat) sehingga menimbulkan hal yang tidak perlu, dan membakar ludes 300 triliun, saham-saham kita berguguran," kata Said.
Politisi PDI Perjuangan ini menegaskan, kalau korporasi hancur maka retail juga akan hancur. "Inilah tantangan berat baik bagi OJK (Otoritas Jasa Keuangan) maupun Gubernur Bank Indonesia," tandasnya.
Dalam kesempatan rapat tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan tentang postur sementara RAPBN tahun 2021 yang merupakan hasil dari pertimbangan dan juga pembahasan di dalam Panitia Kerja (Panja) A.
"Dari pembahasan yang sudah dilakukan di Panja A, untuk asumsi dasar ekonomi makro yang akan dijadikan landasan pemikiran kita di dalam APBN 2021 adalah pertumbuhan ekonomi dari 4,5 hingga 5,5 persen tahun 2021 telah ditetapkan titiknya adalah 5,0 persen. Saya rasa ini adalah keputusan yang tepat dan baik yang menggambarkan antara harapan namun juga kehati-hatian terhadap kondisi tahun 2021," ungkap Sri Mulyani.
Menkeu mengakui, dengan adanya perkembangan pandemi Covid-19 pada akhir-akhir ini menyebabkan eskalasi ketidakpastian meningkat, untuk tahun 2020 dan mungkin masih akan berlangsung di tahun 2021. "Sehingga kita memang patut untuk tetap waspada namun tidak kehilangan fokus untuk terus optimis di dalam mengatasi masalah," ucapnya.
Menkeu memaparkan, Inflasi ditetapkan 3 persen sesuai dengan RUU yang disampaikan oleh Presiden, nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di angka Rp 14.600 masih sama dengan yang disampaikan di dalam RUU APBN 2021. Tingkat bunga SBN 10 tahun juga tetap 7,29 persen.
"Sasaran pembangunan yang diperintahkan oleh DPR, baik di Banggar dan komisi, yaitu tentang nilai tukar petani adalah 102 dan nilai tukar nelayan sebesar 104. Ini adalah yang menjadi basis asumsi kita menghitung dari APBN 2021 dan sekaligus juga ada beberapa target pembangunan," terang Sri Mulyani.
Di sektor pendapatan negara, sambungnya, terdapat penurunan 32,7 triliun. Angka 32,7 triliun tersebut adalah berasal dari penerimaan perpajakan yang mengalami penurunan target yakni ke angka 37,4 triliun,
"Ini dikarenakan dari perkembangan penerimaan pajak kita hingga bulan Agustus ini dan kita proyeksikan hingga akhir tahun, memang base line akan lebih rendah dari yang ada di dalam Perpres 72. Sehingga kita juga melihat bahwa target yang ada di dalam RUU APBN 2021 yang telah disampaikan oleh Presiden dengan basis tahun 2020 yang jauh lebih rendah menyebabkan implicit gross-nya menjadi sangat tinggi," tuturnya. (dep/es)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar