Thailand Memanas, Diperkirakan 10 Ribu Warganya Turun Kejalan Tuntut Perubahan - Go Asianews

Breaking


Jumat, 16 Oktober 2020

Thailand Memanas, Diperkirakan 10 Ribu Warganya Turun Kejalan Tuntut Perubahan

Pengunjuk rasa pro-demokrasi memberikan hormat tiga jari selama protes ketika mereka menduduki jalan utama di kawasan pusat bisnis di Bangkok, Thailand, Kamis, 15 Oktober 2020.


GoAsianews.com

Jakarta - Thailand makin memanas,  Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Bangkok , Kamis (15/10/2020). Mereka menentang aksi pembubaran besar-besaran yang dilakukan pemerintah guna menghalau aksi pro demokrasi.


Sebelumnya pada dini hari, pemerintah Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha memberlakukan keadaan darurat. Lebih dari 20 aktivis ditangkap.


Para pengunjuk rasa meneriakkan 'Prayut Pergi' dan 'Bebaskaan Teman Kami'. Pendemo memenuhi area Ratchaprasong, meski status darurat melarang pertemuan lebih dari empat orang


"Kalian mendorong kami ke pojok seperti anjing," teriak salah satu pemimpin aktivis, Panupong Jadnok dalam orasinya dikutip AFP.


"Dan dengan punggung menempel ke dinding, kami akan membalas tanpa ada ruginya."


Para mahasiswa juga memanfaatkan media sosial untuk mendorong orang-orang turun ke jalan. Bukan cuma mahasiswa, siswa sekolah menengah juga mengikuti demo dengan menutupi label seragam dengan lakban.


"Saya ingin demokrasi di negara ini," kata salah satu siswa Katherine, 13 tahun.


"Saya ingin menjadi bagian dari perubahan besar."


Sementara itu, polisi memperkirakan ada 10.000 pengunjuk rasa yang hadir. Polisi pun berusaha membubarkan kerumunan pukul 22.00 WIB.


"Semua orang yang berkumpul hari ini, tindakan mereka melanggar hukum," kata wakil juru bicara polisi Kolonel Kissana Phathanacharoen kepada AFP.


Situasi politik Thailand yang tegang sudah terjadi sejak Agustus. Di mana massa meneriakkan PM Thailand mundur dan reformasi pada kerajaan.


Pemerintahan Thailand dianggap otoriter. Massa pun meminta pembatasan pada kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn.


Aktivis meneriakkan keinginan agar monarki beradaptasi dengan zaman modern. Termasuk penghapusan undang-undang pencemaran nama baik kerajaan, yang melindungi raja dari kritik, dan meminta raja tidak terlibat dalam politik.


Sementara itu, pimpinan aktivis Thailand menyiarkan secara langsung penangkapan mereka di media sosial Facebook. Anon Numpa, aktivis terkemuka, mengatakan dia dibawa secara paksa dengan helikopter ke Chiang Mai di Thailand Utara.


"Tanpa pengacara saya" ujarnya.


Situasi Kritis


Tokoh oposisi terkemuka Thanathorn Juangroongruangkit memperingatkan situasi gawat. Ia meminta mereka yang ditangkap untuk dibebaskan.


"Pemerintah harus segera menemukan cara untuk menanggapi tuntutan pengunjuk rasa, jika tidak situasinya akan menyebar secara nasional," katanya dikutip dari laman yang sama.


Ada beberapa pemberontakan populer di sejarah Thailand. Termasuk kudeta tahun 1932. Namun semuanya terkait pemerintah dan bukan kerajaan.


Tentangan ke monarki belum pernah terjadi sebelumnya. Karena pengaruh keluarga kerajaan meresap ke setiap aspek masyarakat.


Namun, sejak menggantikan posisi Raja Bhumibol Adulyadej yang mangkat di 2016, sejumlah pergerakan muncul mengarah pada kerajaan. Pemindahan kekayaan dari Biro Properti Mahkota (Crown Property Bureau/CPB) yang independen dan mengatur sejumlah perusahaan Thailand ke harta raja dikritik.


Raja Maha sendiri banyak menghabiskan sebagian besar waktunya di Eropa. Namun pekan ini, ia berada di Thailand dalam upacara tahunan Buddha dan peringatan kematian ayahnya.


Thailand sendiri terpukul karena corona (Covid-19). Ekonomi memasuki resesi, akibat PDB yang negatif dua kuartal berturut-turut. Di kuartal pertama secara (yoy), ekonomi -2%. Di kuartal kedua, ekonomi -12,2%.


sumber: CNBC Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang di www.goasianews.com, Terima kasih telah berkunjung.. Semoga anda senang! Tertanda Pemred:
-->