Presiden AS Joe Biden memerintahkan bendera di Gedung Putih diturunkan setengah tiang guna menghormati korban penembakan massal di Indianapolis. Foto/Yahoo |
GoAsianews.com
Washington (AS) - Untuk keempat kalinya dalam waktu kurang dari lima minggu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Bidenmemerintahkan bendera di Gedung Putih untuk diturunkan menjadi setengah tiang. Itu dilakukan setelah penembakan massal di fasilitas FedEx di Indianapolis yang menewaskan delapan orang.
"Sementara kami menunggu perincian kritis tentang penembakan itu, motivasinya, dan informasi penting lainnya, sekali lagi, saya memiliki tugas serius untuk memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di Gedung Putih, gedung-gedung publik dan lapangan, dan pos militer serta kedutaan, hanya dua minggu setelah saya memberikan perintah terakhir seperti itu," ujar Biden seperti dikutip dari USA Today, Sabtu (17/4/2021).
Hanya dalam sebulan terakhir, AS berduka atas tewasnya delapan orang di tiga spa di Atlanta pada 16 Maret dan 10 orang tewas kurang dari seminggu kemudian di dalam supermarket di Boulder, Colorado . Gedung Putih juga menurunkan bendera setengah tiang setelah seorang pengemudi pada 2 April menabrakkan mobilnya ke dua petugas dan barikade di dekat Gedung Capitol AS , menewaskan seorang petugas polisi Capitol.
Terbaru, pihak kepolisian Indianapolis merespons laporan penembakan di gedung FedEx. Empat orang tewas di luar dan empat tewas di dalam gedung termasuk pelaku, yang menurut polisi tewas karena bunuh diri. Polisi masih mencari motif aksi penembakan tersebut.
"Tadi malam hingga pagi hari di Indianapolis, lagi-lagi keluarga harus menunggu kabar tentang nasib orang yang mereka cintai," kata Biden.
"Betapa kejamnya penantian dan takdir yang telah menjadi terlalu normal dan terjadi setiap hari di suatu tempat di negara kita," sambungnya.
Sekali lagi, katanya, aksi penembakan menunjukkan mengapa tindakan diperlukan untuk mengekang kekerasan senjata melalui undang-undang pencegahan kekerasan senjata yang masuk akal.
"Kekerasan senjata adalah epidemi di Amerika. Tapi kita tidak boleh menerimanya. Kita harus bertindak," tegasnya.
Sebelumnya Biden meminta Kongres untuk bergerak cepat dalam pemeriksaan latar belakang, pelarangan senjata penyerangan setelah penembakan Boulder
Awal bulan ini - dengan para aktivis pengawas senjata dan keluarga korban senjata - Biden menandatangani enam perintah eksekutif tentang senjata yang mencakup pengetatan pembatasan pada apa yang disebut senjata hantu, atau senjata yang tidak dapat dilacak yang dapat dibuat dari suku cadang yang dibeli secara online.
Dia juga mendorong pengesahan tiga RUU yang membahas pemeriksaan latar belakang senjata yang telah lulus di DPR tetapi menghadapi pertempuran berat di Senat yang terbagi rata. Satu akan memperluas pemeriksaan latar belakang pada individu yang ingin membeli atau mentransfer senjata api, sementara yang lain akan menutup apa yang disebut celah Charleston, yang memungkinkan penjualan senjata dilanjutkan tanpa pemeriksaan latar belakang yang lengkap jika tiga hari kerja telah berlalu.
Terlalu banyak orang Amerika yang sekarat setiap hari karena kekerasan senjata. Itu menodai karakter kami dan menembus jiwa bangsa kami," ucap Biden.
Departemen Kehakiman, di bawah arahan Biden, sedang berupaya mengusulkan aturan dalam beberapa minggu mendatang untuk menutup celah peraturan yang memungkinkan senjata hantu, yang tidak memiliki nomor seri, untuk dibeli tanpa pemeriksaan latar belakang.
Biden mencatat bahwa hari Jumat juga menandai peringatan 14 tahun penembakan di Universitas Teknologi Virginia yang menewaskan 33 orang.
"Kita bisa, dan harus, berbuat lebih banyak untuk bertindak dan menyelamatkan nyawa," kata Biden.
"Tuhan memberkati delapan orang Amerika yang tewas di Indianapolis dan orang yang mereka cintai, dan kami berdoa untuk yang terluka untuk kesembuhan mereka," tukasnya.(*/GA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar